Minggu, 13 Oktober 2013

Perahu Tanpa Dayung EPISODE 002

Perahu Tanpa Dayung - Episode 002

Di sebuah kamar, tampak Abi terbujur lemas karena lelah sehabis pulang kerja. Tak lama kemudian, Ummi menghampirinya dengan membawakan handuk.

Ummi: "Tidakkah mandi dulu wahai suamiku? Setelah itu mari kita jama'ah."

Si Abi tak menghiraukannya dan tetap berbaring serta membelai-belai jenggotnya.

Ummi: "Kenapa Abi? Adakah sesuatu yang ingin engkau bicarakan pada istrimu ini?"

Si Abi tetap saja terdiam, sejenak memandang wajah Ummi dengan pandangan yang sedikit menakutkan. Ummi pun tertunduk lemas.

Ummi: "Apakah engkau marah padaku? Belum pernah aku melihat tatapan seperti itu duhai Abi."

Abi: "Aku tak tahu apakah ini marah atas kelakuanmu ataukah rasa cemburuku padamu."

Mendengar jawaban ini, Ummi tampak bingung.

Abi: "Kenapa 2 hari ysng lalu engkau keluar rumah tanpa sepengetahuanku? Dan kenapa tadi pagi engkau memasukkan pria yang tak kau kenal ke dalam rumahku? Tidakkah kau lupa atas firman-Nya, "...wanita yang shaleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada..." Dan Rasulillah pun telah memperingatkan, "Seandainya aku diperbolehkan menyuruh seseorang untuk bersujud kepada seseorang, sungguh aku akan menyuruh istri untuk bersujud kepada suaminya."

Si Ummi tertunduk, tetesan air mata mulai tampak pada pipinya yang merona.

Ummi: "Wahai Abi, aku keluar untuk menjenguk tetangga yang sakit, sedangkan pria yang engkau maksud adalah kawan kerjamu yang mencarimu. Maafkanlah aku Abi, aku telah khilaf tanpa meminta persetujuanmu kala itu."

Tangan Ummi bergetar karena mengetahui begitu besarnya amanah yang telah dibawanya, melihat hal ini, Abi mendekatinya dan duduk tepat di sebelahnya.

Abi: "Hmmmm... Aku mengetahui bahwa sesungguhnya engkau berkata jujur atas hal ini."

Ummi: "Apakah engkau akan menghukumku?"

Abi terdiam sejenak dan duduk memposisikan dirinya tepat berada di depan Ummi.

Abi: "Bagaimana aku akan marah dan menghukummu dengan kesalahan seperti itu. Bukankah aku harus bersyukur dengan apa yang ada di hadapanku. Selama ini engkau telah taat padaku, engkau rela melayaniku, ikhlas merawat dan mendidik anak-anakku serta tak mengeluh atas kemauanku. Allah telah menyadarkan ku, "...kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya..." Duhai istriku, tatapan wajahmu setiap pagi adalah semangatku, senyummu adalah pelepas lelahku, do'amu adalah penyambung rizkiku, dan tangismu adalah cambuk bagiku, akankah aku berpaling atas nikmat itu?"

Ummi tak kuasa menahan tangis mendengar jawaban dari suaminya, segeralah Ummi tersungkur dan memeluk lutut si Abi.

Ummi: "Maafkanlah atas kekhilafanku duhai suamiku. Ridha-Nya ada bersama ridhamu, begitu pula laknatmu. Sungguh, aku kira engkau akan mendiamkanku selama 3 hari atas kejadian ini, tapi ternyata engkau membuat dunia ini seakan milikku. Percayalah wahai Abi, engkaulah manusia yang kucinta dan atas ridhamu lah kan kugapai syurga, terimakasih Abi, engkaulah pemberian yang terindah dari-Nya dengan disatukannya tulang rusuk kita.

Abi mengangkat tubuhnya, dicium keningnya, dipeluk tubuhnya sembari melantunkan do'a, "Allahumma a'inni 'ala dzikrika wa syukrika wa husni 'ibadatika."
______________________________

Lumajang, 14 Sya'ban 1434
Abi Khalid (B. Abdillah)

Perahu Tanpa Dayung - EPISODE 001

Perahu Tanpa Dayung - Episode 001

Suami yang baik adalah suami apabila menegur dan memberi wejangan kepada istrinya haruslah dengan lemah lembut. Dan istri yang baik haruslah memegang teguh sami'na wa attho'na dalam hal kebajikan berumah tangga. Tidak saling menyakiti perasaan, apalagi perasaan sang suami.

Abi : "Abi sangat menyayangi Umi dan Abi juga tahu kalau Umi mencintaiku. Tapi kenapa sampai saat ini Umi menginginkan Abi masuk neraka?"

Umi : "Astaghfirullah...(mulai nangis). Kok Abi bilang gitu? Umi berharap kita masuk syurga sama-sama. Dan ketahuilah Abi, bahwa dalam setiap do'a, Umi selalu menginginkan kebahagiaan dan keselamatan dunia akhirat bersamamu serta anak-anak kita."

Abi : "Iya,,, Abi tahu soal itu."

Dengan nada dan gestur tubuh yang halus, Abi mendekati Umi. Tangan kiri Abi mulai memegang erat tangan Umi, sedangkan tangan kanannya digunakan untuk mendekap serta menyandarkan kepala Umi pada tubuh Abi, tepatnya antara dagu dan pundak Abi. Mulai dibelai rambut si Umi, Abi pun tersenyum dan kembali berbicara.

Abi : "Kalau Umi ingin menikmati harumnya bau syurga, Umi haruslah menutupi aurat sesempurna mungkin, bajunya dikendorin, jangan terlalu ketat. Gak usah posting-posting gambar yang tidak Abi sukai atau serta jangan berbicara dengan kata-kata yang seronok di manapun Umi berada. Ada baiknya bersikap dengan meniru dari istri-istri Rasulillah serta para sahabatnya. Abi sangatlah sayang ama Umi, dan hanya Umi lah wanita yang benar-benar Abi cintai dan diharap tua serta mati dan masuk syurga bersama. Tunjukkan pada anak-anak, bahwa kitalah panutan mereka."

Umi : "Iya Abi."

Tak mampu berkata-kata, hanya mampu mendekap tubuh Abi dengan seerat-eratnya, desahan nafas dan air matanya pun memenuhi baju takwa si Abi.

Begitulah kasih sayang dari mereka yang mengharapkan masuk syurga bersama.

_______________________________________________________________________
Berikut wejangan Rasulillah SAW kepada anaknya, Fatimah Az-Zahra:
> Wahai Fatimah, yang lebih utama dari semua itu adalah keridhaan suami terhadap istrinya. Jika suamimu tidak ridha, aku tidak akan mendo'akan kamu. Tidaklah engkau ketahui, ridha suami adalah ridha Allah? Dan kemarahan suami adalah kemarahan Allah?

> Wahai Fatimah, wanita yang mengoleskan minyak pada rambut dan jenggot suaminya serta memotong kumis dan menggunting kuku suaminya,  Allah memberinya minuman dari sungai-sungai syurga. Allah SWT meringankan sakaratul mautnya, dan kuburnya akan menjadi taman-taman syurga. Allah SWT akan menyelamatkannya dari api neraka serta selamat dari titian siraatal mustakim.

________________________________________________________________________
Lumajang, 4 Sya'ban 1434
Abi Khalid (B. Abdillah)