Sabtu, 29 November 2014

Bidadari Untuk Umar

Assalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuhu 
Bismillahirrahmanirrahim 

Rasulillah SAW seringkali menceritakan kepada para sahabatnya mengenai perjalanan Mi'raj yang beliau alami dan Rasul SAW sering pula menceritakan bagaimana keadaan surga kepada para sahabatnya. Ketika malaikat Jibril memperlihatkan taman-taman di surga kepada Rasulullah, saat itulah beliau melihat sekumpulan bidadari yang sedang bercengkrama. Tapi, ada satu bidadari yang berbeda dengan yang lain, dan bidadari itu pun diam menyendiri serta tampak sangat malu.

Lalu, Rasulullah bertanya pada Jibril: "Wahai Jibril, bidadari siapakah itu?"
Malaikat Jibril menjelaskan: "Bidadari itu diperuntukkan bagi sahabatmu, Umar bin Khattab. Pernah di suatu hari, Umar membayangkan tentang surga yang engkau ceritakan tentang keindahannya. Ia menginginkan untuknya seorang bidadari yang berbeda dengan yang lainnya. Bidadari yang diinginkan Umar itu berkulit hitam manis, dahinya tinggi, bagian atas matanya berwarna merah, dan bagian bawah matanya berwarna biru serta memiliki sifat yang pemalu. Karena sahabatmu selalu memenuhi kehendak Allah SWT, maka pada saat itu juga Allah menjadikan seorang bidadari untuknya sesuai apa yang dikehendaki hatinya."

Ada kurang lebih 6 perkara yang diusulkan atau dipikirkan Umar hingga turun wahyu yang membenarkan pendapatnya:
1. Mengenai haramnya khamr (minuman keras).
2. Tidak menerima tebusan dari tawanan perang Badr dan harus membunuhnya.
3. Penggunaan hijab, yang pada waktu itu Umar mengusulkan pada Rasulillah SAW agar istri-istri Rasulullah agar menutupi tubuhnya dengan hijab.
4. Orang-orang munafik (kafir) yang meninggal untuk tidak dishalati.
5. Anjuran untuk melakukan shalat di maqom (tempat) Nabi Ibrahim.
6. Ketika sebagian istri Rasulullah sedang cemburu.

Itulah sepenggal kisah dari sifat ketegasan dan keimanan yang kuat yang tertancap pada sosok sahabat Umar bin Khattab. Semoga ada setitik hikmah yang dapat kita ambil dan simpan serta dapat sebagai pemicu semangat agar kita senantiasa mengamalkan tuntunan agar tidak sekedar menjadi tontonan saja.

Lumajang, 28 Syawal 1434
Abi Khalid Al Abdillah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar