Minggu, 30 November 2014

Hubungilah Abahku...!!!


Siang itu, aku berjalan di sebuah halaman Masjid kampus. Tiba-tiba aku melihat sosok wanita yag terbungkus jilbab syar'i berwarna hitam. Aku perhatikan gerak-geriknya, dan dia pun segera duduk di sebuah gazebo. Saat ada ikhwan yang mendekat padanya, maka akhwat itu pun segera pindah ke gazebo lain.
"Subhanalloh" kata hatiku. Aku pun berinisiatif untuk mengenalnya, tapi bagaimana caranya? Sedangkan setiap ada lelaki yang mendekat aja, dia langsung menghindar.
Aku pun berkata dalam hatiku, "Bukan Abi Khalid kalau kalah sebelum berperang."
Maka, aku pun maju tak gentar untuk mendekat padanya. Aku menghampirinya, setelah jarak semakin dekat, aku mencoba berakting seperti orang bingung yang mencari sesuatu. Aku terus menoleh ke kanan dan kiri, ke atas atau pun ke bawah.
Dan akhirnya, akhwat itu pun penasaran dan bertanya, "Maaf akhi, akhi lagi mencari apa?"
Dengan jelas, tegas, dan lugas segera kujawab, "Afwan ya ukhty, aku lagi mencari akhwat yang seperti kamu."
Dia langsung tertunduk. Kedua tangannya tetap mendekap sebuah kitab yang sepertinya kitab Hadist karya Muhammad Fuad Abdul Baqi yang berjudul Al Lu'lu wal Marjan. Kuperhatikan ia, ia tetap pada posisi semula, berdiri mematung tak berkutik serta tak mengeluarkan sepatah kata. Di sini, aku merasa bersalah. Tanpa menatapnya, aku gerakkan kaki melangkah pergi. Tapi, tiba-tiba terdengar suara yang sungguh merdu sekali.
"Assalamu'alaikum ya akhi."
Secepat kilat aku menoleh membalikkan badan dan segera kujawab, "Wa'alaikumsalam warahmah ya ukhty."
Tetap dalam keadaan menunduk ia berbicara, "Maaf ya akhi, tampaknya akhi tak kehilangan di tempat sini. Tapi di tempat lain."
"Di mana ya ukhty?" tanyaku.
"Di dalam hatimu." jawabnya singkat.
Aku sedikit terheran dengan jawabannya. Aku bertanya, "Memangnya apa yang hilang dalam hatiku?"
"Separuh nafas." jawabnya.
"Loh...!!! Itukan judul lagunya Dewa." kataku.
Dia tertawa, mulai menampakakkan wajahnya yang merona. Lambat laun tertawa itu berubah menjadi senyuman, menampakkan rupanya yang menawan. Lantas ia berkata, "Ya akhi, maksud saya adalah mungkin akhi udah lama jomblo tahunan karena tampak dari gelagat akhi yang kebingungan. Dar tadi aku memikirkan kalau akhi tak pernah kehilangan sesuatu karena akhi belum memilikinya. Bagaiman akhi akan kehilangan sedangakan akhi sendiri belum memilikinya. Jadi aku rasa tindakan akhi tadi adalah sebuah trick untuk menggodaku saja."
"Iya. Tapi tadi aku tersadar bahwa tindakanku itu salah, saya mohon maaf atas perbuatanku tadi." kataku.
"Iya, sama-sama ya akhi." jawabnya.
Sebelum ia melangkahkan kaki untuk pergi, maka kuberanikan diri untuk meminta sesuatu padanya, "Maaf, boleh aku meminta nomor telepon yang bisa saya hubungi?"
"Untuk apa ya akhi?" tanyanya.
"Tadi saya sudah melakukan suatu kesalahan, saya ingin mengawali perkenalan dengan cara yang benar. Nggak ngegombal kayak tadi." jawabku.
Ia lantas menulis nomor di sebuah sobekkan kertas, ia memberikan kertas itu padaku sembari berkata, "Maaf ya akhi, kalau mau telepon nanti ba'da Isya' saja, jangan di waktu-waktu lain. Kalau begitu saya mohon undur diri dulu ya akhi. Assalamu'alaikum."
"Insya Allah ya ukhty, wa'alaikumsalam warahmah."
Setelah melihat nomor telepon itu, tiba-tiba muncul pertanyaaan dalam benakku. Langsung saja kubertanya padanya sebelum ia hilang dari pandanganku, "Maah ya ukhty, kenapa aku hanya diperbolehkan menghubungimu ba'da Isya' saja?"
Langkah kakinya terhenti dan ia menjawab, "Karena Abah sudah ada di rumah. Dan itu adalah nomor telepon Abahku ya akhi."
"Kenapa tidak nomor teleponmu saja ya ukhty?" tanyaku.
Sembari melangkahkan kaki untuk pergi ia menjawab, "Kan tadi akhi sendiri yang bilang kalau ingin mengenalku dengan cara yang benar."
Aku langsung tertunduk sembari memandang potongan kertas itu. "Ya, dia wanita yang sangat memahami etika pergaulan. Wahai Abi Khalid, mampukah kamu mendapatkan wanita shalehah seperti dia?" bisikkan dalam hatiku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar