Sabtu, 29 November 2014

Jaga Hati Dengan Menjaga Lisan Dalam Introspeksi Diri

Bismillahir rahmanir rahim... 

Segala puji bagi Allah,,, Dzat yang paling berhak untuk kita takuti dan tempat kita memohon ampunan... 
Allahuma sholli ala Muhammad... 

Tidaklah seseorang bisa menjadi orang yang bertakwa sampai dia menjadi orang yang sangat perhitungan terhadap dirinya sendiri melebihi ketelitian seorang terhadap orang lain.

Orang yang berakal shaleh adalah yang mengenali jati dirinya sendiri dan tidak hanyut dalam pujian yang tidak mengerti kekurangan pada dirinya.

Adapun dalam mengoreksi diri adalah dengan mengambil hikmah dari kesalahan-kesalahan yang menimpa dirinya atau orang lain, yaitu dengan mencari sebab yang mengantarkan mereka terjatuh pada lubang kesalahan.

Ibnu Mas'ud pernah berkata, "Sesungguhnya orang yang berbahagia itu adalah yang bisa memetik nasihat dari kejadian yang menimpa orang lain."

"Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kpd Allah, dan hendaknya setiap diri memperhatikan apa yang sudah dia persiapkan untuk menyambut hari esok (hari kiamat). Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha teliti terhadap segala amalan yang kalian kerjakan." (QS. Al-Hasyr: 18)

Sementara, kita semua tahu bahwa pada hari kiamat kelak banyaknya harta, tingginya tahta, kecantikan/ketampanan pun tak akan memberikan manfaat sama sekali kecuali bagi orang yang menghadap Allah dengan hati yang selamat dari tipu daya, dari gelapnya syubhat, serta dari kotornya syahfat.

Pertanyaannya... Apakah kita masih memiliki hati?
Seperti apa yang dituturkan Ibnu Qayyim:
"Carilah hatimu pada 3 tempat, ketika mendengarkan Al-Qur'an, pada saat berada di majelis ilmu/dzikir, saat-saat bersendiri.

Apabila kita tak berhasil menemukannya pada tempat-tempat ini, maka sepantasnya kita memohon pada Allah untuk mengaruniakam hati yang suci pada kita, karna sesungguhnya kita mungkin sudah jauh dari hati yang suci dan bisa dikatakan "Hati Yang Mati."


>Bacalah Al-Qur'an meski hanya sebentar:
Dari Abdullah bin Umar, Nabi SAW bersabda: "Dikatakan pada orang yang senang membaca Al-Qur'an: bacalah dengan tartil sebagaimana engkau dulu sewaktu di dunia membacanya dengan tartil karena sesungguhnya kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca." (HR. Abu Dawud & At-Tirmidzi)

>Hindari dusta:
"Cukuplah seseorang itu dikatakan sebagai pendusta ketika dia menyampaikan setiap apa yang dia dengarkan." (HR. Muslim & Abu Dawud)

>Jauhi sifat sombong diri (berhias diri) atau riya':
Dari Aisyah, ada seorang wanita yang mengatakan: "Wahai Rasulullah, aku mengatakan bahwa suamiku memberikan sesuatu kepadaku yang sebenarnya tidak diberikannya." Rasululkah SAW bersabda: "Orang yang merasa memiliki sesuatu yang ia tidak diberi, seperti orang yang memakai dua pakaian dusta." (Muttafaq alaihi)

>Dzikrullah di setiap keadaan & setiap waktu:
Firman-Nya: "...(yaitu) orang-orang yang menginggat Allah sambil berdiri, atau duduk, atau dalam keadaan berbaring..." (QS. Ali-Imran: 191)

>Jauhi banyak tertawa & sedikit bicara (kecuali pada hal yang ma'ruf):
"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya dia berkata dengan perkataan yang baik atau hendaknya dia diam." (Muttafaq alaihi)

>Jangan memotong pembicaraan orang lain atau meremehkan ucapannya, jadilah pendengar yang baik dan ketika harus membantahnya, maka jadikan bantahanmu dengan cara yang baik sebagai syi'ar kepribadianmu.

>Berhati-hatilah dalam niat bertutur kata atau hindari ghibah:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik." (QS. Al-Hujurat: 11)

>Berhentilah bicara saat dilantunkan ayat Al-Qur'an:
"Dan apabila dibacakan Al-Qur'an, maka dengarkanlah dengan baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kalian diberi rahmat." (QS. Al-A'raf: 204)

>Bersihkan sifat ghibah, bahkan namimah:
"Apakah kami akan akan disiksa dengan apa yang kami ucapkan?" Maka jawab Rasulullah SAW: "Engkau telah keliru wahai Mu'adz, tidaklah manusia dilemparkan ke Neraka di atas wajah-wajah mereka melainkan disebabkan oleh ucapan-ucapan mereka." (HR. Tirmidzi; An-Nasa'i; Ibnu Majah)

Semoga ini bermanfaat, terutama bagiku yang nantinya pun bakal menghadapi segala macam kesaksian...

Berpegang erat Al-Qur'an
Nafsu terjaga atas lisan
Orang takwa tak kan bosan
Menghayati makna kehidupan

Diri hina lari bermuhasabah
Ingat gelar kelak sebagai almarhumah

Cukup mati adalah nasihat
Jangan berpaling dari ayat
Terpampang jelas hidupnya akhirat
Hanya mereka yang ta'at 


Lumajang, 23 Rajab 1434
Budiman Abdillah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar