Sabtu, 29 November 2014

Hubaib

Mati bagiku bukan masalah, selama mati dalam keadaan Islam 

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dia berkata,“Rasulullah SAW mengutus 10 mata-mata yang dipimpin Ashim bin TsabitAl-Anshari. Ketika mereka sampai di daerah Huddah, antara Asafan dan Makkah,mereka berhenti di sebuah kampong suku Hudhail yang biasa disebut sebagai Bani Luhayan. 
Kemudian Bani Luhayan mengirim sekitar 100 orang ahli panah untuk mengejar para mata-mata Rasulullah SAW. Mereka berhasil menemukan sisa makanan berupa biji kurma yang mereka makan di tempat istirahatitu. Mereka berkata, ‘Ini adalah biji kurma Madinah, kita harus mengikuti jejak mereka.’

Ashim merasa rombongannya diikuti oleh Bani Luhayan, kemudian mereka berlindung di sebuah kebun. Bani Luhayan berkata,‘Turun dan menyerahlah, kami akan membuat perjanjian dan tidak akan membunuh salah seorang di antara kalian.’

Ashim bin Tsabit menjawab. ‘Aku tidak akan menyerahkan diri pada orang kafir.’
Lalu ia memanjatkan do’a, ‘Ya Allah,beritakan kondisi kami ini kepada Nabi-Mu SAW.’

Rombongan Bani Luhayan melempari utusan Rasulullah dengan tombak, sehingga Ashim pun terbunuh. Sedangkan utusan Rasulullah SAW tinggal tiga orang, dan mereka setuju untuk membuat perjanjian.
Ke-tiga orang itu adalah Hubaib, Zaid bin Dasnah, dan seorang laki-laki yang ditombak pula setelah mengikatnya. Laki-laki yang ke-tiga itu berkata, ‘Ini adalah penghianatan pertama. Demi Allah, aku tidak akan berkompromi terhadapmu karena aku telah memiliki teladan (sahabat-sahabatku yang terbunuh).’

Kemudian, rombongan Bani Luhayan membawa pergi Hubaib dan Zaid bin Dasnah, mereka pun di jual.
Peristiwa ini terjadi setelah peperangan Badar.

Adalah Bani Harits bin Amr bin Nufail yang telah membeli Hubaib karena Hubaib lah yang telah membunuh Al-Harits bin Amr pada saat perang Badar. Kini, Hubaib menjadi tawanan dari Bani Al-Harits yang telah bersepakat untuk membunuhnya.

Pada suatu hari, Hubaib meminjam pisau silet dari salah satu anak perempuan Al-Harits untuk mencukur kumisnya dan perempuan itu meminjamkannya. Tiba-tiba seorang anak laki-laki dari perempuan itu mendekati Hubaib dan bahkan duduk di pangkuannya tanpa sepengetahuan ibunya.Sementara tangan kanan Hubaib masih memegang silet. Perempuan itu sontak kaget melihat Hubaib. Segera Hubaib merespon dengan menjawab, ‘Apakah kamu kawatir aku akan membunuh anakmu? Aku tidak mungkin membunuhnya.’

Dan perempuan itu berkata, ‘Demi Allah, aku tidak pernah melihat tawanan sebaik Hubaib. Dan demi Allah, pada suatu hari aku melihat Hubaib makan setangkai anggur dari tangannya padahal kedua tangannya dibelenggu dengan besi, sementara di Makkah tidak musim buah. Sungguh itu merupakan sebuah rizki yang dianugerahkan Allah kepada Hubaib.’

Ketika Bani Al-Harits membawa Hubaib keluar untuk membunuhnya, Hubaib berkata, ‘Berilah aku kesempatan untuk melakukan shalat dua raka’at.’
Dan mereka mengijinkan Hubaib untuk mengerjakan shalat tersebut.

Hubaib berkata, ‘Demi Allah, sekiranya kalian tidak menuduhku berputus asa pasti aku menambah shalatku.’
Lalu ia memanjatkando’a, ‘Ya Allah, susutkanlah jumlah bilangan mereka, musnahkanlah mereka,sehingga tidak ada seorang pun dari keturunannya yang hidup.’

Setelah selesai berdo’a, lalu ia mengucapkan sya’ir:

Mati bagiku bukan masalah
Selama aku mati dalam keadaan Islam
Dengan cara apa saja, Allah lah tempat kembaliku
Semua itu aku korbankan demi Engkau Ya Allah
Jika Engkau berkenan, berkahilah aku berada dalam tembolok burung karena lukaku 


Lalu Abu Sirwa’ah Uqbah bin Harits tampil untuk membunuh Hubaib.
Hubaib adalah orang Islam pertama yang sebelum dibunuh melakukan shalat. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar