Senin, 08 Desember 2014

Asal dan Tujuan Cinta


Assalamu'alaikum Sahabat Abi Khalid :)

Sesungguhnya sejak lama ingin sesekali kubahas masalah cinta menurut pandangan ulama atau tokoh Islam. Siapa saja pasti bisa mengartikan dan menafsirkan apa itu cinta, hanya saja sebagian orang tak mampu mengolahnya sehingga dampak terburuknya adalah terlena oleh cinta yang sia-sia serta cinta yang dapat menjerumuskan.

Pertama, saya sangat bersyukur telah dikaruniai nikmat yang sangat luar biasa berupa orang-orang yang mencintai saya, orangtua, saudara, dan tentu saja para sahabat sekalian. Oleh karena itu, ijinkan saya untuk sedikit bercerita mengenai cinta.

Cinta itu suatu anugerah yang suci karena berasal dari Yang Maha Agung. Hanya saja, pemaknaan cinta sudah mengalami penyelewengan yang diakibatkan salah penempatan. Mari kita tengok perkataan Ibnu Arabi mengenai asal-muasal cinta serta tujuan cinta yang semestinya:

Dari cinta kita berasal
Dan atas nama cinta, Dia menciptakan kita
Karena tujuan cinta, kita mendatangi-Nya
Dan demi cinta pula, kita menghadap-Nya

Cinta, atau yang biasa disebut Al-Huub (love) adalah sebuah kata yang sarat makna, merdu ketika kita menyebutnya, dan indah ketika kita menuliskannya. Pada hakikatnya Islam telah mengajarkan agar cinta itu tersalurkan pada tempat yang selayaknya, karena di dalam Islam cinta itu sudah tercipta bersamaan dengan kelahiran kita di dunia. Ya, Allah menciptakan kita dengan cinta, kasih, dan sayang-Nya. Bahkan ulama sekelas Ibnu Abbas ra. tak membutuhkan banyak hal selain cinta. Ibnu Abbas berkata, “Hadzaa qatiilul hawa laa 'aqla wala qawada.” (Ini adalah korban dari nafsu yang tak berakal dan beraturan).
Cinta itu terletak dalam hati, setiap sanubari pasti memilikinya. Meskipun cinta tak dapat terlihat karena tersembunyi, namun yang pasti getarannya dapat kita rasakan. Kitapun harus berhati-hati dalam mengendalikannya, karena cinta juga mampu memberikan pengaruh yang kuat untuk membolak-balikkan fikiran sekaligus mengendalikan perilaku kita. Sedikit saja kita terkecoh, maka hal bodohpun sering dilakukan oleh sang pecinta.

Banyak dari sahabat Nabi, tabi'in, sampai ulama-ulama shaleh serta para
fuqaha terdahulu yang membahas mengenai cinta yang tetap bersandarkan pada ihyaauddin (ajaran agama). Ada yang menjelaskannya pada gubahan puisi, cerita, bahkan petuah-petuah singkatnya. Dan marilah kita sejenak membaca serta merenungkan petuah-petuah tentang cinta dari beberapa tokoh Islam yang Insya Allah kita sudah sedikit mengenal sosoknya.
Diantara tanda-tanda cinta adalah sulitnya perpisahan antara pecinta dan kekasih.” Imam Al-Bukhari
“Antara pecinta dan kekasihnya tak ada antara. Ia bicara dari rindu. Ia mendamba dari rasa.”
Rabi'ah Al-Adawiyah
Cinta adalah tujuan puncak dari seluruh maqam spiritual dan cinta menduduki derajat tertinggi.” Imam Al-Ghazali

Cinta yang hakiki adalah cinta tanpa syarat. Baginya, cinta adalah gelora hati terhadap yang dicintai sehingga menjadikan lupa pada diri sendiri.” Syaikh Abul Qasim Junaid Al-Baghdadi

Begitulah cinta, suka dukanya tiada habisnya jika tertuang dalam kata. Biarlah cinta terus menggema, karena pada dasarnya kita hidup bersamanya, selalu berdampingan di setiap masa.


Rasa cinta yang begitu mendalam dapat menimbulkan ketaatan yang sangat dahsyat. Sebuah ketaatan yang penuh totalitas dengan kesiapan melakukan apa saja demi yang dicintai, itulah loyalitas yang seharusnya dimunculkan oleh kaum Muslimin, yaitu menyandarkan cintanya pada Pemilik cinta, Allah Azza wa Jalla.
“Engkau berbuat durhaka kepada Allah, padahal engkau mengaku cinta kepada-Nya. Sungguh aneh keadaan seperti ini. Andai kecintaanmu itu tulus, tentu engkau akan taat kepada-Nya. Karena sesungguhnya, orang yang mencintai itu tentu selalu taat kepada yang ia cintai.” A'idh Al-Qorni
Engkau durhaka kepada Allah dan sekaligus menaruh cinta kepada-Nya. Ini adalah suatu kemustahilan. Apabila benar engkau mencintai-Nya, pastilah engkau taati semua perintah-Nya. Sesungguhnya orang menaruh cinta tentulah bersedia menaati perintah orang yang dicintainya.” Imam Asy-Syafii

Jika saya diperkenankan menafsirkan apa itu cinta, maka inilah tafsiranku mengenai cinta:
“Mulailah dari memberi, maka kelak kau akan menerima. Begitu pula dengan cinta, mulailah dengan mencintai, maka kelak kau akan dicintai. Sandarkan cinta kita pada Ilahi Roby, karena Dia-lah Yang Maha Memiliki dan sekaligus Maha Pemberi.”

Dan sebagai kalimat penutup, mari kita lihat sejenak Surah Ali-Imran ayat ke 31-32:
Qul in kuntum tuhibbuunallaha faattabi'uunii yuhbibkumullahu wayaghfir lakum dzunuubakum wallahu ghafuurun rahiimun. Qul athii'uullaha warrasuula fa-in tawallau fa-innallaha laa yuhibbul kaafiriin.”
"Katakanlah: 'Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu'. Allah Maha Pengampun, lagi Maha Penyayang. Katakanlah: 'Taatilah Allah dan Rasul-Nya; Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya, Allah tidak menyukai orang-orang kafir'."

Salah satu do'a yang termaktub pada Hadist riwayat At-Tirmidzi ini mungkin bisa kita amalkan:
"Allâhumma innî as`aluka hubbaka wa hubba man yuhibbuka wal amalal ladzî yuballighunî hubbaka. Allahumaj ‘al hubbaka ahabba ilayya min nafsî wa ahlî wa minal mâ’il bârid."

"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu cinta-Mu dan cinta orang-orang yang mencintai-Mu dan aku memohon kepada-Mu perbuatan yang dapat mengantarku kepada cinta-Mu. Ya Allah, jadikanlah cinta-Mu lebih kucintai daripada diriku, keluargaku, dan air yang dingin (di padang yang tandus)."

Terimakasih telah menemani, mohon maaf jika ada yang kurang berkenan. Semoga bermanfaat.
Wassalamu'alaikum...

Hati merasakan cinta itu tumbuh
Terus melaju meski tak dikayuh
Menjadi obat dari luka lama yang enggan sembuh
Dari sisa-sisa pecinta yang membuatnya lusuh
Alhamdulillah, ada sajadah tempat mengeluh
Membuat cinta itu mudah berlabuh
Sekarang, kurasakan itu bersemi di saat Subuh
Berjuanglah sang pecinta sejati
Turuti yang tersirat dalam hati
Semoga, kebahagiaan hingga akhir hayat nanti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar