Kamis, 04 Desember 2014

Prahara Negeri Samudra - 2


"Abi, pohon itu tumbuhnya malu-malu."
"Iya, karena banyak benalu."

"Abi, perahu ini terus goyah."
"Iya, karena penumpangnya orang susah."

"Abi, Garuda itu tak mampu terbang."
"Iya, karena banyak koruptor sebagai penumpang."

"Abi, banyak burung pipit yang sekarat."
"Iya, karena lebih banyak tikus penjilat."

"Abi, lihatlah dia menyampah nasi."
"Iya, sedang di Kerajaan sibuk berebut komisi."

"Abi, susu tak mampu kubeli."
"Iya, karena banyak lintah yang tak teradili."

"Abi, kurasa aku ingin meninggal."
"Jangan sekarang, tanah kuburan lagi mahal."

"Abi, dengarkan suara perut."
"Iya, lebih keras dari suara burung perkutut."

"Abi, ... "
"Diam, jangan banyak keluhan. Curhatlah pada Tuhan. Bukan padaku yang dalam keadaan tertawan."

"Abi, aku sudah memohon pada Tuhan. belum juga ditunjukkan pada suatu jalan. Akankah aku diam dan berpangku tangan. Sekedar melihat mereka yang mengerang kelaparan."

"Aku bukan Kyai atau seorang da'i, aku hanya hamba yang mengharap ridha Ilahi."

"Abi, kalau begini caranya, maka sama halnya kita menunggu mati."

"Mati di mana atau kapan saja bukan masalah. Bukan kematian yang ditakuti hamba yang shaleh dan shalehah."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar